Thursday, November 13, 2008

Lolita fashion History

Keberadaan Lolita saat ini lekat dengan perkembangan musik di Jepang. Grup-grup musik yang membawakan berbagai jenis aliran musik membawa pengaruh ke sejumlah anak-anak muda Jepang dan menjadikan mereka sebagai penggemar grup-grup musik tersebut. Setiap penggemar grup musik tertentu mempunyai gaya tersendiri dan menjadi cikal bakal lahirnya gaya Lolita yang akhirnya tercipta subkultur Lolita. Gaya Lolita juga tidak dapat dipisahkan dari keberadaan cute culture (budaya dengan konsep lucu dan/atau manis) di Jepang. Cute culture muncul pada tahun 1970-an. Cute culture tidak hanya mempengaruhi mode di Jepang saja, namun hampir semua elemen budaya populer Jepang. Konsep lucu dan/atau manis yang membentuk mode di Jepang, berawal dari iklan dan artikel dari majalah-majalah mode terkemuka di Jepang, yakni An-an dan Non-no. Pada bulan Mei 1975, majalah An-an memuat artikel spesial yang memperkenalkan para pembacanya tentang sebuah novel yang mengandung unsur lucu dan/atau manis. Pada tengah tahun pertama 1980-an, di Tokyo muncul sebuah rumah mode yang memroduksi barang-barang dengan konsep lucu dan/atau manis, yakni Pink House, Ltd. Setelah itu Pink House menjadi populer karena banyak perempuan muda Jepang yang mempunyai keinginan menjadi citra Pink House, yang oleh Hakuhodo Research Institute menamakan fenomena tersebut dengan sebutan Pink House Movement atau pergerakan Pink House.

Mode Lolita dimulai di Jepang sejak pertengahan tahun 1970-an, namun mulai populer dan dimuat dalam media sekitar tahun 1990-an sampai tahun 2000-an. Tahun 1983, Kera, vokalis grup musik Uchoten, mendirikan perusahaan rekaman indie yang diberi nama Nagomu Records. Perusahaan rekaman ini melahirkan grup musik seperti Kinniku Shoojo-Tai, Jinsee (yang nantinya disebut Denki Groove), Tama, Tomorrow Taguchi’s Bachikaburi dan Shine-Shine-Dan. Grup-grup musik tersebut mempunyai aliran musik rock yang berbeda dari musik-musik rock umumnya pada saat itu, sehingga memunculkan gerakan subkultur yang menyukai aliran musik rock khas grup musik di bawah perusahaan rekaman Nagomu Records. Kepopuleran perusahaan rekaman Nagomu Records memunculkan penggemar yang disebut Nagomu Gals, yang merupakan cikal bakal lahirnya subkultur Lolita.

Tahun 1984, perusahaan rekaman Trance Records didirikan. Perusahaan rekaman ini mengorbitkan grup musik YBO2 yang mempunyai aliran musik yang berseberangan dengan grup-grup musik di bawah label Nagomu Records. Grup musik ini mempunyai aliran musik gelap dan keras, yang merupakan awal mula mode Gothic di Jepang. Mereka juga mempunyai penggemar berat yang disebut Trance Gals. Di tahun ini, merk pakaian dengan harga murah dan bergaya kasual Amerika, HISTERIC GLAMOUR, didirikan oleh perancang busana Nobuhiko Kitamura. Perancang busana Vivienne Westwood juga datang pertama kali ke Jepang di tahun ini dan menggelar peragaan busana rancangannya di Tokyo.

Hokoten Boom dimulai tahun 1985 dan menggantikan Takenokozoku. Takenokozoku merupakan sekelompok anak muda yang muncul pada 1980-an yang mengenakan busana paling mutakhir dan berdansa di jalan dengan musik jenis dansa maupun tekno. Mereka datang ke Harajuku dan berdansa hampir seharian penuh. Hokoten Boom merupakan penampilan langsung dari grup-grup musik di Boulevard Omote Sando, Harajuku, dan menjadi populer serta mempelopori kepopuleran grup musik yang berlanjut hingga tahun 1995. Pada 1986, sebuah grup musik yang bernama BUCK TICK memulai debut indienya dengan lagu To Search/Plastic Sindrome2. Grup musik ini terkenal hingga saat ini dengan gadis-gadis Gothic Lolita dan merupakan grup musik indie legendaris karena memecahkan rekor penjualan kaset berlabel indie tertinggi hingga saat ini. Tahun 1987, Mandarake Inc., perusahaan yang tidak hanya menjual komik Jepang dan mainan retro namun juga menyebarkan budaya cosplay dan doujinshi ke luar negeri, didirikan.

Tahun 1988, grup musik X Japan memulai debut indienya. Grup musik legendaris ini merupakan cikal bakal lahirnya grup musik berjenis Visual-kei[1] yang menggunakan kostum saat melakukan pertunjukan di panggung. Di tahun yang sama, perusahaan pakaian yang bersinonim dengan Lolita dan memproduksi pakaian Lolita, Baby, The Stars Shine Bright, didirikan. Program audisi Ika Ten dimulai pada 1989, menelurkan beberapa grup musik seperti Flying Kids, Blankey Jet City, Tama, Jitterin’ Jinn dan Begin. Merk pakaian Jane Marple membuka toko pertamanya di Harajuku pada tahun ini.

Tahun 1990, muncul Shibuya-kei yang merupakan gelombang terakhir kepopuleran grup musik. Grup-grup musik yang terkenal dengan nama Shibuya-kei seperti Flipper’s Guitar, Pizzicato Five dan Original Love menjadi populer. Munculnya Shibuya-kei juga mempengaruhi gaya penggemar musik yang tadinya bergaya ban gyaru (band girls) menjadi Olive Shoojo (Olive Girls) yang mempunyai ciri-ciri berpakaian garis-garis, bertopi baret, yang merupakan ciri rancangan Agnes B.

Tahun berikutnya, Juliana’s Tokyo dibuka. Pada hari terakhir Bubble Economy, tempat disko Juliana’s Tokyo dengan skala besar dibuka di Shibaura dan menjadi fenomena sosial dengan melahirkan istilah-istilah body-con, otachidai dan juri-sen[2]. Tahun 1993, grup musik Judy and Mary memulai debutnya dengan lagu Power of Love. Busana Punk Lolita yang dikenakan vokalis Judy and Mary, Yuki, menjadi populer. Merk pakaian dari Harajuku-kei seperti MILK dan HYSTERIC GLAMOUR juga menjadi populer. Komplek pertokoan Laforet Harajuku menjadi sangat populer pada tahun 1994. Ada sekitar 2000 hingga 3000 orang yang datang ke tempat itu, belum termasuk orang-orang yang berkemah untuk mengantri pada saat akhir tahun. Merk-merk dari Harajuku-kei yang tidak murah juga populer, seperti Jane Marple dan BA TSU, tokonya selalu dikerumuni oleh pembeli. Di tahun 1995, perancang busana Vivienne Westwood meresmikan rumah modenya di Jepang dan menggelar peragaan busana dan talk show. Tomoe Shinohara yang merupakan Nagomu Gals yang terakhir, memulai debutnya. Gaya berbusananya yang unik, gerakan dan cara bicaranya yang khas menjadi populer. Penggemar Tomoe Shinohara yang disebut Shinollers muncul di Harajuku.

Grup musik Malize Mizer muncul pada tahun 1996. Grup musik beraliran Visual-kei ini yang memperkenalkan aksi panggung dengan busana jaman pertengahan. Sebuah acara televisi BREAKOUT, yang disiarkan tengah malam, melahirkan kembali jaman grup musik dengan aliran Visual-kei. Selain grup musik Malize Mizer, muncul beberapa grup musik dengan aliran yang sama seperti SHAZNA, La’cryma Christi, FANATIC CRISIS dan SOPHIA. Inilah awal mula lahirnya Gothic Lolita. Di tahun yang sama, Metamorphose, sebuah rumah mode didirikan oleh perancang busana Kato Kuniko. Metamorphose biasa memproduksi pakaian-pakaian Lolita, terutama Classical Lolita. Pada 1997, merk-merk seperti 20471120, MILK, MILK BOY, Vivienne Westwood, Christopher Nemeth, Takuya Angel dan lainnya yang masuk dalam kategori Urahara-kei, merk-merk yang mengedepankan kesan individualis dan tidak konvensional, menjadi terkenal. Tahun 1998, film Lolita dibuat ulang di Hollywood. Film yang merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Vladimir Nabokov ini merupakan asal mula istilah Lolita Complex, yang selanjutnya tercipta istilah mode Lolita.

Tahun 2000, film Battle Royale ditayangkan. Film yang berkisah tentang pembunuhan berantai yang terjadi di antara teman sekelas ini menjadi sebuah ironi karena di satu sisi film ini populer di kalangan remaja, namun di sisi lain kekerasan yang ditampilkan di film ini menyebabkan masalah sosial baru. Kostum yang dikenakan para pemainnya merupakan rancangan merk BA TSU. Kepopuleran film ini menyebabkan kostum-kostum film Battle Royale yang dijual di pasaran laku keras dan dikenakan oleh para penggemar saat menonton film ini di bioskop. Koleksi merk h.NAOTO pada tahun ini dipamerkan untuk pertama kalinya. Merk ini merupakan hasil rancangan perancang busana Hirooka Naoto yang biasa memproduksi pakaian-pakaian Lolita. Di tahun ini juga, Novala Takemoto melakukan debutnya sebagai novelis, dengan mengeluarkan karyanya yang berjudul Mishin. Novala Takemoto merupakan seorang penulis yang esai dan tulisannya telah membuat dirinya dikagumi oleh para gadis-gadis muda. Film Holywood Sleepy Hollow, diputar tahun ini. Film ini menambah kuat pengaruh budaya Gothic di Jepang.

Tahun 2001, sebuah acara bertajuk 2001 Tokyo Goth and Darkwave 01 diselenggarakan. Acara ini merupakan acara yang bertema Gothic terbesar dan pertama kali diselenggarakan di wilayah Kanto. Acara ini diselenggarakan hingga ke tujuh kalinya dan terakhir diselenggarakan di Shibuya DeSeO. Film Harry Potter and The Philosopher’s of the stone yang dibuat berdasarkan novel laris dengan judul yang sama juga diputar di tahun ini. Para penggemar film ini juga mengenakan kostum para pemerannya saat melihat pemutaran film ini.

Pada tahun 2002, grup musik Malize Mizer membubarkan diri dan banyak grup musik Visual-kei juga ikut membubarkan diri. Sedangkan pada tahun 2004, grup musik dengan tema Concept-kei mulai populer. Grup-grup musik seperti Kishidan, Psycho Le Cemu dan grup-grup musik lain yang bertema Concept-kei ini tidak terpaku pada satu aliran musik. Setiap konser yang diselenggarakan grup musik bertema Concept-kei selalu dipenuhi oleh cosplayer. Banyaknya grup musik Visual-kei yang membubarkan diri, mengakibatkan banyaknya penyanyi solo bermunculan seperti DAIGO STAR*DUST, Miyavi dan lain-lain yang juga melahirkan soft visual-kei. Karya Kenji Otsuki yang berjudul Rocking Horse Ballerina, cerita bertema remaja tentang perjalanan grup musik punk dan gadis Lolita, mulai dipasarkan. Film Shimotsuma Monogatari yang bercerita tentang gadis penganut Lolita juga mulai diputar tahun ini. Film ini berdasarkan novel dengan judul yang sama, yang merupakan karya Novala Takemoto dan telah menarik perhatian media. Pemerannya adalah aktris Fukada Kyoko dan mengenakan kostum dari merk Lolita ternama, Baby, The Stars Shine Bright. Film ini menghapuskan gambaran bahwa Lolita sama dengan penggemar visual kei, namun Lolita diakui sebagai mode. Film Peep TV Show mulai mengudara di beberapa negara dan diterima dengan baik oleh pemirsa yang menontonnya. Film ini tentang gadis Gothic Lolita, yang naskahnya ditulis dengan bekerja sama dengan Karin Amamiya yang dipuji pada saat festival film internasional atas artikel mengenai Gothic Lolita di sebuah majalah dan koran New York Post. Di artikel tersebut, ia memperkenalkan istilah Gothloli yang merupakan singkatan dari Gothic Lolita. Dan dari artikel ini pula istilah Gothloli berubah menjadi Gosurori, yang merupakan cara pengucapan dalam bahasa Jepang dan diakui oleh seluruh dunia.

Pada tahun 2001, Lolita dipasarkan secara massal di departmet store terkemuka di Jepang, terutama di pusat perbelanjaan Harajuku dan Shibuya. Sekitar 2005 dan 2006, penganut mode ini meningkat tajam. Selain dipasarkan di department store dan butik, mode ini juga dipasarkan melalui internet. Beberapa situs internet menawarkan beberapa desain Lolita, sehingga para peminat dan pecinta Lolita di luar Jepang dapat membeli dengan tidak harus datang ke Jepang. Situs-situs tersebut tidak hanya mempunyai fasilitas dwi bahasa, yaitu bahasa Jepang dan Inggris, namun juga dilengkapi dengan tips-tips mengenakan mode Lolita. Situs-situs tentang Lolita juga tidak hanya berasal dari Jepang, namun orang asing juga membuat situs-situs tersebut, sehingga perkembangan Lolita di luar Jepang sangat cepat. Forum-forum bertema Lolita juga banyak ditemukan diantara situs-situs bertemakan Lolita.


[1] Kei adalah istilah untuk menyebut suatu gaya yang digunakan oleh suatu grup musik.

[2] Body-con adalah gaya berbusana dengan mengenakan pakaian yang ketat, pendek dan berkelip-kelip yang bermaksud untuk menunjukkan bagian tubuh.

Otachidai adalah panggung bertingkat yang digunakan para penari di tempat disko.

Juri-sen adalah hiasan bulu yang dililitkan di salah satu tangan saat menari.

source:

Novietasari, S.S., Dian. 2008. Fenomena Mode Lolita dalam Budaya Populer Jepang dan Alasan Anak Muda Jepang Memakainya. Skripsi program sarjana Jurusan Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya , Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment

Thank you dear.. xoxo